Di bawah cahaya lampu ini, aku memikirkanmu
Merelakan dinginnya bulan tengah malam menusuk tulang , disertai hujan didalam relung
Segalanya berkelabatan secepat bintang jatuh
Mencoba melihat duniamu dari atas pencakar langit yang kamu impikan
Membiarkan segala macam vandalisme keji menyiksa dada kiri
Tapi, aku menikmati hubungan semesta bodoh ini
Tatanan luar biasa yang menghidupkan lagi sesuatu yang telah lama kubunuh dalam kehampaan
Sehangat api unggun di tengah hutan belantara
Saat kemungkinan terkecil pun, berbisik di telinga dan menyuruhku untuk tetap berusaha menjadi orang yang tepat untukmu
Sekali lagi, aku menikmati kejatuhanku . Lagi
Kamu telah menjadi pengisi langit malam yang jarang sekali terlihat indah sekarang
Hal yang bisa menahanku selama mungkin di satu tempat, menanti sampai matahari tebit dari timur sana
Dan bodohnya lagi, ketika itu, kamu mendekat ke arahku . Ke duniaku .
Menjadi matahari dalam bumiku sendiri . Dan saat matahari tenggelam pun, kamu menjauh . Menjadikan dirimu sendiri titik paling terang di kehampaan
Aku terjebak dalam permainan yang kumainkan sendiri
Melenceng dari garis, mengejarmu yang berlarian tak terduga
Bahkan kartu as terakhirku tak cukup menyelamatkanku sekarang .
Membentukku menjadi sesesok kegelapan yang beruntung bisa bertemu bintang termanis sekaligus terarogan di semesta delusiku
Biarkan saja semuanya tetap seperti ini, jangan hilang dari langitku .
Atau, jika kau ingin, bersinarlah lebih terang
Memancar ke seluruh isi duniaku, menarikku dari kehampaan
Melayang layang lalu menyentuhmu . Membuat engkau mau, sampai nanti, menjadi cahaya didalam sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar