Jumat, 05 April 2013

Sistem Pendidikan Penghancuran Permata

Semua anak yang dilahirkan di dunia ini, dari ras manapun , keluarga manapun, daerah manapun atau bahkan jika ia dilahirkan di luar angkasa sekalipun, adalah permata yang sangat berharga .
Semua bocah yang baru lahir itu, adalah calon pengubah dunia . Mereka yang akan merubah semua sistem yang sudah sangat sangat kacau ini .

Tapi, rupanya para orang yang duduk manis di kursi yang kita sebut dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu, rupanya memiliki cukup bakat yang melebihi rudal Korea Utara . Dengan sangat briliannya, mereka berhasil merubah bocah bocah emas itu menjadi generasi robot yang bobrok secara moral dan mental . Dan intelektualnya pun tiarap sih

Sumpah, bersyukurlah kalian yang lahir di Finlandia . Bersyukurlah

Saya tidak butuh argumen argumen pembelaan dari para pemangku jabatan dan kepentingan . Saya sama sekali tidak butuh mendengarkan apa alasan mereka membuat sistem sekacau ini
Saya merasakan sendiri efek samping dari sistem sistem aneh itu .Contohnya beberapa dibawah ini


1. Sekolah 8 Jam, belum termasuk ekstra kulikuler dan tambahan lainnya
Masuk jam 7 pagi . Pulang jam 3 sore . Dijejali berbagai macam pelajaran yang tidak semuanya saya sukai . Sistem pengajarannya, walau beberapa guru dengan sukses mengajar dengan benar, tapi banyak sekali yang gagal . Tidak ada sedikitpun waktu untuk berolahraga atau sekedar berinteraksi di dunia luar , hanya pendidikan, nilai yang bagus . Sepertinya generasi saya akan bertumbangan pada usia 25 tahun karena kurang olahraga .
Dan membaca buku 8 jam itu sangat melelahkan sekali . bosan . Jika ada yang bicara bahwa harus dipaksa dulu , sepertinya kepala sekolah saya itu lupa bahwa muridnya bukan lagi anak SD yang tidak bisa berpikir sendiri
Dan mereka berharap saya rajin sekolah ?
Siswa, juga butuh berolahraga dan bersosialisasi dengan kehidupan luar sekolahnya , lihatlah ! siswa jaman sekarang menjadi siswa antisosial :)
Kenapa tidak kalian pulangkan saja kami jam 1 siang seperti dulu ?

2. Berorientasi pada hasil
Pendidikan jaman sekarang sangat sangat berorientasi pada hasil . Bayangkan saja , kamu mendapat nilai 9 di tugas dan ulangan ulangan harianmu , lalu saat ujian kenaikan kelas kamu jatuh sakit dan hanya mendapat nilai 3 . Setelah dirata rata nilaimu langsung terjun bebas ke 5 koma . Apa maunya coba ?
Dan mereka menginginkan generasi sekarang menjadi anak yang jujur , mengerjakan ujian sendiri dan bangga dengan nilainya sendiri, sementara jika nilai mereka buruk mereka akan dirajam oleh orang tua dirumah, dibodoh bodohi oleh guru mereka sendiri dan ditendang dari sekolah ? Maaf . Bagi saya itu sama sekali gak logis
Seharusnya, proses dalam pembelajaran bertahun tahun itu lebih dihargai . Banyak sekali teman teman saya yang sangat rajin belajar, tapi apa daya kemampuan otak mereka terbatas, jadi prestasi mereka bisa dibilang sangat biasa bahkan cenderung ke bawah, dan mereka bermasalah karena nilai mereka kurang memenuhi standart . Kasihan mereka . 


3. Pengkastaan
Dengan sistem yang seperti tai ini, secara gak langsung kita didesain untuk mengkasta kastakan teman kita sendiri . Walaupun di kurikulum tahun depan IPA IPS dihapuskan, tapi konyol sekali sodara sodara ! Mereka hanya meniadakan namanya dan mempercepat prosesnya . Dan mendesain bahwa anak IPA lebih pintar daripada anak IPS dan Bahasa, padahal JELAS JELAS ILMU YANG MEREKA PELAJARI BERBEDA
Saya anak IPA . Dan saya, sering sekali kehilangan respek ke teman teman dan orang tua di sekeliling saya sendiri . Seenak udelnya saja mereka mengkastakan
Kenapa tidak kalian gabungkan saja semuanya, tapi siswa dibebaskan memilih mana yang ingin mereka ikuti, benar benar bebas ? Kecuali Mapel wajib yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Kesenian dan Olahraga, kenapa mereka tidak dibebaskan memilih Kimia dan Geografi pada saat yang bersamaan ? Kenapa harus hanya IPA dan IPS ?



4. Lebih banyak tes daripada pembelajaran
Ulangan 10 kali seminggu . Ujian sekolah 3 bulan sekali . Saya tanya sekarang, apa yang kita dapat ?
Apakah dengan ratusan tes itu kita bisa jadi jenius ? Saya rasa enggak . Karena kita hanya mempelajari materi yang diujikan . Titik . Persetan dengan konsep . Dan jika generasi saya keluar , lulus dengan gilang gemilang tapi isi otaknya 0, jangan salahkan kami . Kalian yang membentuk kami
 Belajarlah lebih banyak . Ajari kami konsep . Dengan pembelajaran yang menyenangkan . Bukan tes setiap hari yang akan sama saja hasilnya

5.Ujian Nasional
Ujian Nasional adalah kegagalan sistem yang jelas jelas nyata, menimbulkan puluhan korban, menimbulkan dampak yang sama sekali tidak sehat di otak anak, dan masih dipertahankan ? Apa yang ada di  otak mereka ?
Kemampuan setiap orang itu BERBEDA BEDA . Adalah hal konyol jika mereka menyuruh 3 juta siswa SMA di Indonesia memiliki otak yang sama.
Bagi saya, hal itu tidak akan menghasilkan mutu pendidikan yang baik, tapi menghasilkan generasi yang orientasi hasil, nol konsep, tidak jujur dan endingnya akan merusak negaranya sendiri
Bayangkan saja , berapa milyar uang yang dikeluarkan setiap tahun untuk membuat soal ujian, namun berapa , tidak usah muluk muluk , berapa ribu individu yang memiliki kemampuan bermutu ? Apa setiap murid punya kemampuan yang sama untuk mengerjakan tes yang sama ?



6. Pekerjaan Rumah
Kita sekolah 8 jam, diberi pekerjaan rumah untuk dikerjakan, anggap saja 2 jam . Selama 10 jam kita berkutat pada buku . Lihat hasilnya sekarang .
Seharusnya guru guru lebih mengkedepankan proses pembelajaran di kelas daripada di rumah . Konsep ini yang gagal diterapkan saat ini, bahkan banyak guru yang seenak jidatnya langsung memberi PR untuk dikerjakan tanpa menjelaskan dulu, lalu dia ongkang ongkang kaki dirumah . Brilian
Apa guna jam disekolah jika masih banyak tugas menumpuk dirumah ?


7. Mematikan Kreatifas , Kebebasan Berekspresi dan Berpendapat
Kamu menggambar salah ? Ulangi
Rumusmu salah walau jawaban benar ? Berarti salah
Kamu menentang guru ? Keluar saja dari sekolah ini
Kamu bukan siswa baik baik ? Ini surat peringatan

Sepertinya mereka nggak sadar, bahwa bagi sebagian siswa termasuk saya, adalah siswa yang tidak mau diatur . Biarkan saja saya mengerjakan matematika dengan cara saya sendiri, diam dan amatilah . Biarkan saja saya menentang peraturan, kalau perlu bukalah dialog terbuka agar terjadi sinergi antar pembuat dan pelaksana peraturan .
Mereka bilang ini jaman demokrasi, tapi bagi saya ini masih jaman kerajaan yang sadis . Tidak setuju dengan kepala sekolah, tendang saja mereka keluar dari sekolah .
Mananya yang demokrasi ? Pernahkah mereka mengajak kita berdialog, bukan menekan ?

Dialog :
Guru : Kenapa nak kamu selalu melanggar peraturan X ? apakah peraturan X ini menurutmu salah , apa kesalahannya ?

Menekan
Guru : Peraturan X ini kamu langgar terus ! Apa yang salah dari peraturan ini !

Jawaban yang akan kalian dapat pasti akan berbeda . Pasti
Bahkan ketika pengambilan keputusan yang berkaitan langsung dengan siswa pun, siswanya tidak pernah diajak berdiskusi . Sungguh orang orang yang tolol . Tidak heran kalau kita jadi generasi robot


8. Kompetisi Yang Belebihan
Orang bijak berkata, berlomba lombalah dalam kebaikan .
Tapi bagi saya perlombaan ini sudah masuk dalam kategori akut . Sudah banyak sekali teman saya yang berselisih karena nilai ulangan temannya lebih baik padahal dia merasa temannya lebih bodoh dari dia . Dan itu hanya contoh kecil .
Kenapa kita tidak diajarkan untuk alih alih membentuk persaingan tetapi membentuk komunitas yang sehat antar teman, guru dan masyarakat ? Karena kita semua adalah bagian bagian yang saling membutuhkan satu sama lain . Mengapa menjadikan temanmu saingan jika dia bisa kamu jadikan teman dekat ? Mengapa harus bersaing menentukan siapa yang paling pintar jika pintar bersama sama itu mungkin ?



Dengan sistem yang saya sebutkan diatas, saya nggak heran kalau permata permata yang ada di diri setiap anak, rupanya telah dikikis secara perlahan lahan dengan sistem yang salah . Kemampuan luar biasa si anak , misalnya dia berbakat bermain biola, harus sirna seperti debu karena orang tuanya melarangnya berlatih agar bisa konsen ke pelajaran sekolah agar mendapat nilai bagus . Bagitu terus selama 20 tahun pembelajaran di sekolah dan universitas . Kemampuan berbisnis si anak, raib entah kemana karena orang tuanya menjaga pride lalu memasukkan anaknya ke fakultas kedokteran , dan 10 tahun kemudian anaknya masuk penjara karena salah mengoperasi jantung orang sehingga orangnya berevolusi menjadi sapi . Bakat bakat yang anti mainstream itu, hilang begitu saja . 80 persen anak Indonesia menjadi anak anti sosial karena sejak kecil, mereka didik untuk membunuh teman mereka sendiridan mereka tidak pernah belajar bersosialisasi . Mereka akhirnya terpaksa menjadi pegawai dan karena lapangan kerja terbatas, pengangguran semakin banyak . Tidak ada pilihan lain lagi selain pegawai,orang kreatifitas kita dibunuh dari awal .

Ada yang pernah berkata bahwa " Manusia sekarang, lebih mirip zombie daripada makhluk berjiwa "
Dengan sistem seperti ini , apa yang bisa kita harapkan ?



Salam
Pelajar Kelas 12 SMA yang 12 tahun merasakan gagal totalnya sistem pendidikan sekarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar